it's me!!

it's me!!

Jumat, 06 Januari 2012

TUGAS EKOFISIOLOGI TANAMAN TROPIKA PASCASARJANA AGRONOMI FP IPB


BUDIDAYA ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC)
DI SUMATERA UTARA




VIRA IRMA SARI
A252110221


            IPB ku sayang



      DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA           
        SEKOLAH PASCASARJANA
        INSTITUT PERTANIAN BOGOR
        BOGOR
        2011




DAFTAR ISI
                                                                                                                    Hal.

KATA PENGANTAR...................................................................................     i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................   1
Tujuan Penulisan Makalah....................................................................... 4
Metode Penelitian................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Andaliman .............................................................................. 5
Manfaat Andaliman ..............................................................................  7
           
HASIL DAN PEMBAHASAN
            Budidaya Andaliman...........................................................................    8

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya tanaman rempah – rempah. Begitu eksotinya rempah nusantara, perusahaan persatuan dagang Belanda untuk Hindia Timur atau VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) sekitar 400 tahun lampau datang untuk menguasainya. Namun, setelah kita lepas dari tangan penjajah kekayaan ini belum sepenuhnya digali dan hanya mengandalkan komoditas primer. Industri pengolahan rempah tidak berkembang sebab petani dan pelaku usaha kurang memahami kebutuhan pasar ekspor yang menginginkan produk siap pakai yang telah diolah (Sihotang, 2008).
Salah satu jenis rempah yang pemanfaatannya hingga sekarang masih sebatas komoditas primer adalah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC). Di Indonesia, tumbuhan rempah yang satu ini hanya terdapat di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada daerah berketinggian 1.500 m dpl. Selain di Sumatera Utara, andaliman yang masuk dalam famili Rutacea (keluarga jeruk – jerukan) terdapat di India, RRC, dan Tibet. Bentuknya  mirip lada (merica) bulat kecil, berwarna hijau, tetapi jika sudah kering, agak kehitaman. Bila digigit tercium aroma minyak atsiri yang wangi dengan rasa yang khas getir sehingga merangsang produksi air liur (Ambarita, 2008).
Andaliman adalah bumbu masak khas Asia yang berasal dari kulit luar buah beberapa jenis tumbuhan anggota marga Zanthoxylum (suku jeruk-jerukan, Rutaceae). Bumbu ini di Indonesia hanya dikenal untuk masakan Batak, sehingga dikenal orang luar daerah ini sebagai "merica batak". Masakan khas Batak seperti arsik dan saksang memerlukan andaliman sebagai bumbu yang tak tergantikan. Andaliman memiliki aroma jeruk yang lembut namun "menggigit" sehingga menimbulkan sensasi kelu atau mati rasa di lidah, meskipun tidak sepedas cabai atau lada. Rasa kelu di lidah ini disebabkan adanya kandungan hydroxy-alpha-sanshool pada rempah tersebut. Selain dalam masakan Batak, penggunaan Andaliman sebagai bumbu masak juga dikenal dalam masakan Asia Timur dan Asia Selatan (Wikipedia, 2011).
Dalam bahasa Mandarin ia dikenal sebagai huājiāo (lada bunga). Orang Jepang  mengenalnya sebagai sanshō, sedangkan di Korea ia dikenal sebagai sanchonamu atau chopinamu. Orang Tibet, Nepal, Bhutan, dan India juga mengenal bumbu ini. Dalam bahasa Inggris nama yang paling populer adalah Sichuan pepper, dengan variasi lain adalah "Szechwan pepper," "Chinese pepper," "Japanese pepper," "aniseed pepper," "Sprice pepper," "Chinese prickly-ash," "Fagara," "sansho," "Nepal pepper," dan "Indonesian lemon pepper," (Wikipedia, 2011).
Di Jepang dan Korea andaliman dijadikan hiasan atau dipakai menambah rasa pedas pada sup dan mie. Masyarakat Gujarat, Goa, dan Maharashtra di India selalu menyelipkan andaliman sebagai bumbu ikan. Karena banyak yang menyukainya, andaliman tak hanya dijajakan di pasar tradisional seperti Pasar Senen di Jakarta Pusat-seharga Rp50.000/kg-tapi ia sudah menembus negeri Abang Sam. Di sana khususnya di Asian Food Store, andaliman dijual seharga US$14,99 per ons setara Rp140.990/ons (Trubus Online, 2011).
Andaliman (Zanthoxylum achantopodium DC) merupakan tanaman yang banyak di temukan di daerah Sumatera Utara dan selama ini hanya dimanfaatkan sebagai bumbu masak terutama untuk masakan tradisional batak. Tanaman ini mempunyai potensi sebagai tanaman obat karena mengandung berbagai senyaawa aromatik dan minyak esensial antara lain Zanthalene dan geranol asetat yang tidak dijumpai pada tanaman lain. Andaliman merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena mengandung berbagai jenis senyawa aromatic dan minyak esensial yang sangat berguna bagi dunia kesehatan dan industri kosmetika. Spesies dari Zanthoxylum umumnya mempunyai rasa pedas dan getir yang menyengat bila buah telah matang sempurna (Katzer, 2004).
Sebagai rempah, buah andaliman memiliki keistimewaan, yaitu masakan yang dibumbui dengan buah andaliman umumnya memiliki daya simpan yang lama. Selain itu, karena memiliki aroma jeruk yang kuat, penduduk Sumatera Utara sering menggunakannya untuk menghilangkan bau anyir ikan atau daging mentah. Berbeda dengan rempah lain yang bisa disimpan lama, buah andaliman digunakan dalam keadaan segar, karena sifat minyak atsirinya lebih cepat menguap (Warta, 2009).
Pembudidayaan tanaman andaliman sampai sekarang belum diketahui dengan baik dan umumnya tumbuh alamiah. Menurut informasi dari masyarakat petani tanaman ini sering terdapat di kebun – kebun perladangan yang baru dibuka dengan cara merambah dan membakar hutan – hutan. Setelah hutan dibakar beberapa minggu kemudian tanaman andaliman sudah didapati tumbuh di daerah tersebut. Tanaman andaliman yang tumbuh mungkin disebabkan oleh burung yang memakan buah andaliman dan bijinya tersebar melalui kotoran burung tersebut. Masalah pembudidayaan belum diketahui dengan pasti. Mengingat semakin berkembangnya pasar perlu diusahakan pengembangan budidaya andaliman, tetapi belum diketahui cara perbanyakannya (Simanjuntak, 2006).
            Dari data yang diperoleh diketahui bahwa produksi andaliman di Sumatera Utara adalah 85,5 ton dengan luas lahan 42,75 hektar. Produksi ini dihasilkan oleh dua kabupaten di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Humbang Hasundutan yang menghasilkan 77,5 ton dengan luas lahan 25 hektar, sedangkan Kabupaten Tapanuli Utara menghasilkan produksi yang lebih sedikit yaitu 8,34 ton dengan luas lahan 17,75 hektar. Harga andaliman per kilogramnya adalah Rp.66.000, ini sangat menguntungkan petani andaliman dan dalam proses budidayanya juga tidak terlalu banyak membutuhkan perawatan. Budidaya tanaman andaliman di daerah belum terlaksana sesuai panduan budidaya tanaman yang baik, para petani masih mengambil andaliman dari yang tumbuh bebas di hutan. Belum ada penanaman yang serius dan memberikan budidaya yang tepat untuk tanaman andaliman itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk membahas Penerapan Budidaya Tanaman yang tepat untuk tanaman andaliman agar tanaman tersebut tetap dapat hidup dan menghasilkan produksi yang tinggi.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Budidaya tanaman Andaliman di Sumatera Utara yang baik dan tepat guna meningkatkan pertumbuhan dan produksi Andaliman.
Metodologi Penelitian
Metode yang dipakai dalam pembuatan makalah ini adalah studi literatur pada jurnal – jurnal penelitian tentang andaliman dan pengumpulan informasi dari berbagai sumber (media online dan buku).
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Andaliman
            Berdasarkan hasil deskripsi, andaliman adalah anggota famili Rutaceae. Salah satu ciri utama Rutaceae ialah daunnya mengandung kelenjar minyak seperti daun andaliman. Sedangkan ciri Piperaceae ialah daun berbentuk jantung dan bunga tersusun dalam bentuk bulir. Andaliman merupakan tumbuhan semak, tegak, dengan tinggi mencapai 5 m Sedangkan famili Piperaceae merupakan terna atau tumbuhan berkayu, sering kali memanjat dengan menggunakan akar-akar pelekat. Ciri lain famili Rutaceae yang terdapat pada andaliman ialah daun majemuk, bunga majemuk berbatas dalam anak payung, mempunyai perhiasan bunga satu lingkaran, yaitu kelopak yang disusun oleh lima daun kelopak bebas. Lain halnya dengan anggota famili Piperaceae, berdaun tunggal, bunga majemuk tidak terbatas, tersusun dalam bulir (lada), dan tidak memiliki perhiasan bunga (Tjitrosoepomo 1991, van Steenis 1992).
Semak atau pohon kecil bercabang rendah, tegak, tinggi mencapai 5 m, menahun. Batang, cabang, dan ranting berduri. Daun tersebar, bertangkai, majemuk menyirip beranak daun gasal, panjang 5-20 cm dan lebar 3-15 cm, terdapat kelenjar minyak. Rakis bersayap, permukaan bagian atas, bagian bawah rakis, dan anak daun berduri; 3-11 anak daun, berbentuk jorong hingga oblong, ujung meruncing, tepi bergerigi halus, paling ujung terbesar, anak daun panjang 1-7 cm, lebar 0.5-2.0 cm. Permukaan atas daun hijau berkilat dan permukaan bawah hijau muda atau pucat, daun muda permukaan atas hijau dan bawah hijau kemerahan. Bunga di ketiak, majemuk terbatas, anak payung menggarpu majemuk, kecil-kecil; dasar bunga rata atau bentuk kerucut; kelopak 5-7 bebas, panjang 1-2 cm, warna kuning pucat; berkelamin dua, benang sari 5-6 duduk pada dasar bunga, kepala sari kemerahan, putik 3-4, bakal buah apokarp, bakal buah menumpang. Buah kotak sejati atau kapsul, bulat, diameter 2-3 mm, muda hijau, tua merah; tiap buah satu biji, kulit keras, warna hitam berkilat (Siregar, 2002).
            Tipe perkecambahan biji andaliman ialah epigeal. Perkecambahan di atas tanah terjadi karena pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga sehingga daun lembaganya terangkat ke atas tanah. Daya kecambah andaliman rendah (14%) dan umur berkecambah benih andaliman lama dan bervariasi, yaitu dari 24 hari hingga 100 hari setelah semai. Beberapa penelitian juga menunjukkan variasi umur berkecambah, yakni dari 27 hari hingga 42 hari (Sirait 1991) dan dari 7 hari hingga 18 hari (Tampubolon 1998), masing-masing dengan persentase perkecambahan tertinggi sebesar 3.6% dan 17.5%.
            Di Indonesia tanaman andaliman tumbuh di pengunungan dengan ketinggian 1400 m dpl pada temperatur 15 - 18°C. Tanah yang baik untuk tanaman andaliman adalah tanah yang gembur, kesuburan tanah tinggi, pH 6 – 7, drainase baik dan memiliki cukup unsur hara unsur hara (Siregar, 2002).
Perkecambahannya yang rendah dan umur berkecambah yang relatif lama disebabkan oleh struktur kulit biji yang keras. Struktur ini dapat menghalangi imbibisi air dan pertukaran gas dalam proses perkecambahan. Komponen volatil, berupa senyawa terpenoid yang terdapat pada andaliman (Siahaan 1991, Wijaya 1999, Wijaya et al. 2001), diketahui merupakan senyawa penghambat perkecambahan (Hess 1975). Usaha memecahkan dormansi benih andaliman karena kulit biji dan senyawa penghambatnya belum menunjukkan hasil yang konsisten (Sirait 1991, Tampubolon 1998, Samosir 2000). Tanaman yang tumbuh alami berasal dari biji yang disebarkan oleh burung (setelah memakan buah andaliman). Petani juga memperoleh bibit secara tidak sengaja dari lokasi bekas pembakaran gulma di daerah tanaman yang sudah tua (Siregar, 2002).
Manfaat Andaliman
            Buah andaliman berpotensi menjadi bahan pengawet alami berkaitan dengan aktivitas antimikroba dan antioksidannya, sehingga dapat menggantikan penggunaan pengawet makanan sintetik yang telah terbukti membahayakan bagi kesehatan konsumen (Siregar, 2002).
            Penggunaan buah andaliman sebagai antioksidan secara tradisional telah lama dilakukan oleh masyarakat Sumatera Utara, yaitu sebagai bumbu masakan adat Batak. Masakan berbahan daging dan ikan yang dibumbui dengan buah andaliman, tahan beberapa hari tanpa menimbulkan bau. Penggunaan rempah rempah sebagai penghambat oksidasi dalam masakan telah lama terbukti tidak memiliki efek negatif terhadap kesehatan manusia (Siregar, 2002).
            Tanpa andaliman, masakan seperti arsik terasa hambar. Ada citarasa spesifik ketika ditumbuk dengan cabai, membuat bumbu masakan menimbulkan aroma dan citarasa yang mengundang selera makan, Rasa pedas dan aroma andaliman berbeda dengan pedasnya cabai, sungguh pas di lidah orang batak yang suka makanan pedas menggigit. Buah andaliman juga kaya akan vitamin C dan E sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Benny, 2011).



HASIL DAN PEMBAHASAN


Budidaya Tanaman Andaliman
            Beberapa kegiatan budidaya usahatani andaliman untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman adalah sebagai berikut :
1.    Pembibitan (Persemaian)
Petani yang menanam tanaman andaliman pada umumnya memulai dengan pembibitan sebelum dilakukan penanaman di lahan. Petani mendapatkan biji andaliman dengan cara membeli biji kemudian dikeringkan biji andaliman tersebut sampai kering. Setelah kering kemudian direndam ke dalam air untuk mengetahui biji yang bagus atau tidak. Biji andaliman yang bagus adalah biji yang tenggelam, sedangkan yang mengapung ke atas akan dibuang dan tidak cocok dilakukan untuk pembibitan.
Kemudian disediakan lahan untuk persemaian yang teduh ukurannya 1 x 1 m atau sesuai dengan banyaknya biji andaliman yang ditanam. Biji andaliman ditaburkan, ditimbun dengan tanah tapi jangan terlalu tebal, lalang atau rumput kering ditebrkan di lahan pembibitan, kemudian dibakar, dengan tujuan supaya kulit tanduk lebih cepat pecah. Masa pembibitan dibiarkan hingga andaliman tumbuh 1 bulan. Kemudian dipindahkan ke lahan pertanaman yang telah disiapkan.
2.    Persiapan lahan
Sebelum diadakan penanaman maka perlu adanya pengolahan lahan, yaitu terlebih dahulu membersihkan lahan yang akan ditanam, dan pembabatan rumput – rumput liar supaya tidak mengganggu proses penanaman dan lahan tampak bersih. Proses pembabatan dapat dilakukan dengan sabit atau menggunakan Round-up supaya lebih cepat pengeringan gulma. Persiapan lahan yaitu dengan membuat lubang tanam dengan ukuran 1,5 x 1,5 meter dan jarak satu lubang tanam dengan lubang tanam lainnya sekitar 5 – 6 meter hal ini dibuat karena tanaman ini setiap tahunnya akan bertambah tinggi dan melebar ke samping.
3.    Penanaman
Proses penanaman yaitu proses pemindahan bibit tanaman andaliman yang dari polibag ke lahan yang sudah disiapkan. Akan tetapi pada penanaman perlu diperhatikan harus ada tanaman pelindung, biasanya tanaman andaliman tumpang sari terhadap tanaman lain seperti kopi, kemenyan dan lain – lain, karena hal ini akan mempermudah proses pertumbuhan tanaman. Setelah tanah diolah maka ditambah pupuk kompos sebagai timbunannya, dan jika modal cukup maka dapat ditambahi dengan pupuk kimia sekitar 1 – 2 ons tiap pohon. Namun fakta yang terjadi di lapangan pada saat penanaman petani hanya memberikan pupuk kompos sekitar 2 kg per pokok tanaman.
4.    Pemupukan
Proses pemupukan sangat penting untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk kompos, biasanya diberikan dua kali setahun. Pemberian pupuk tepatnya diberikan Maret dan ketika musim hujan tiba sekitar bulan September karena akan semakin mempercepat proses pertumbuhan dan menghasilkan buah yang banyak. Pupuk anorganik diberikan sekali atau dua kali setahun, biasanya diberikan TSP, NPK, akan tetapi petani jarang memberikannya karena ketersediaan pupuk dan modal yang kurang. Dosis yang diberikan oleh petani pada saat penanaman untuk pupuk kompos sebanyak 2 kg per pohon tanaman, sementara untuk pupuk TSP dan NPK sekitar 1-2 ons per pohon tanaman. Dan dosis pemberian pupuk terhadap tanaman andaliman setiap tahunnya akan bertambah karena sudah bertambah besar dan kebutuhan pupuk lebih banyak.
5.    Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap tanaman sangat penting untuk mencegah hama penyakit tanaman serta perawatan terhadap pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan yang biasa dilakukan oleh petani adalah pembersihan gulma secara berkala yaitu pemberantasan gulma, tapi pada tanaman ini perakaran gulma tidak ikut dibabat karena tanaman ini mempunyai akar yang sensitif akan tetapi petani menggunakan Round-up untuk memberantas gulma. Sedangkan obat – obat untuk memberantas hama dan penyakit tidak ada karena menurut petani penyakit tanaman ini jarang diserang jika ada tanaman biasanya tanaman akan berjamur yaitu timbulnya bercak putih pada tanaman andaliman. Dan cara penangguhannya petani biasanya membuangnya dengan cara manual.
6.    Panen
Proses pemanenan merupakan proses menghasilkan tanaman dan petani akan memetik hasilnya setelah berumur 3 tahun sejak masa tanam. Buah andaliman yang bisa dipanen adalah berwarna hijau sebesar merica. Pemanenan dilakukan secara manuak yaitu dengan memetik hasilnya dengan tangan. Dalsm pemanenan perlu konsentrasu yabg tinggi dan hati – hati karena tanaman andaliman setiap dahannya mempunyai banyak duri.
Produksi tanaman ini tentu akan semakin baik dan banyak jika petani merawatnya. Biasanya hasil yang diperoleh untuk setiap pokok tanaman 0,5 kg sampai 2 kg. Pola pemetikan hasil tanaman ini masih sangat sederhana yaitu secara manual dengan tangan dan tingkat kehati – hatian sangat diperlukan. Biasanya petani memetik tanaman ini sekali dalam dua minggu, kalau hasilnya tidak diambil maka akan kering dan tidak laku dijual di pasar. Tanaman andaliman jika diperhitungkan dalam satu tahun pertama panen produksi yang dihasilkan berkisar 5 kg/pohon, pada tahun ke 4 produksinya bisa meningkat sampai 12 kg/pohon. Tanaman andaliman sudah menghasilkan pada umur 3 tahun. Masa usia produktif tanaman ini mencapai umur 5 tahun, artinya mulai umur 3 sampai 5 tahun merupakan waktu yang memberikan hasil produktif bagi petani.
Usaha tani andaliman di Sumatera Utara masih tergolong sederhana dan tradisional, masih banyak tanaman andaliman yang hidup secara liar dan tidak secara khusus dibudidayakan, padahal harga andaliman di pasaran cukup tinggi dan dapat mencukupi kebutuhan petani. Untuk itu perlu dilaksanakan budidaya yang tepat dan benar untuk meningkatkan produksi andaliman.
                                             
         Gambar 1. Andaliman umur 2 tahun       Gambar 2. Daun Andaliman

                                             
         Gambar 3. Batang Andaliman               Gambar 4. Buah Andaliman
                           umur 4 tahun 
Luas Panen dan Produksi Andaliman tahun 2010
Produksi Andaliman pada tahun 2004 lalu adalah 4,72 ton dan naik menjadi 5,64 ton pada tahun 2005 dengan luas lahan yaitu 13 hektar. Dengan adanya penambahan luas lahan dan pengelolaan budidaya Andaliman yang tepat dan baik didapat hasil produksi seperti tabel diatas yaitu tahun 2010 dengan produksi sebesar 8,34 ton dengan luas lahan 17,75 hektar. Ini menunjukkan bahwa tanaman Andaliman apabila dibudidayakan dengan cara yang tepat dan benar akan menghasilkan produksi yang optimal.
Dibandingkan dengan produksi Andaliman yang tumbuh liar, Andaliman yang dibudidayakan dengan teknik dan pengelolaan yang tepat lebih menghasilkan produksi yang tiggi. Untuk itu para petani sebaiknya tidak membiarkan saja Andaliman tumbuh liar tapi sudah harus membudidayakannya dengan teknik yang tepat dan benar.  
Petani Andaliman sampai sekarang masih merasa kekurangan modal untuk melakukan budidaya yang tepat dan benar pada tanaman andaliman ini. Mereka sering kekurangan modal untuk masalah pemupukan, karena itu banyak petani yang lebih memilih untuk budidaya kopi atau karet dan tanaman andaliman ini hanya dibiarkan tumbuh saja tanpa dipelihara.Padahal dari hasil penjualan andaliman yang harganya masih tergolong tinggi mereka bisa mendapatkan keuntungan yang besar. Untuk itu masih perlu adanya penyuluhan dari pihak – pihak yang berwenang ataupun dari para peneliti untuk memberikan arahan ke petani agar mau membudidayakan andaliman ini.
Luas panen, produksi dan rata – rata produksi Andaliman menurut jumlah tanaman Andaliman di Kabupaten Humbang Hasundutan
     

          Tabel diatas menunjukkan luas panen dan produksi andaliman di tiap daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan, dimana Kabupaten ini adalah Kabupaten yang paling banyak menghasilkan Andaliman.

























KESIMPULAN


1.      Andaliman merupakan tanaman rempah yang berasal dari Tapanuli Utara Sumatera Utara, memiliki rasa pedas dan getir, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
2.      Andaliman memiliki banyak manfaat yaitu berpotensi menjadi bahan pengawet alami berkaitan dengan aktivitas antimikroba dan antioksidannya, sehingga dapat menggantikan penggunaan pengawet makanan sintetik yang telah terbukti membahayakan bagi kesehatan konsumen serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena kandungan vitamin C dan E.
3.      Andaliman yang dibudidayakan menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan andaliman yang tumbuh liar, karena itu Budidaya tanaman memang diperlukan untuk meningkatkan produksi andaliman.


















DAFTAR PUSTAKA



Ambarita, D.D. 2008. Andaliman. http://kompascommunity.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2011.

Benny. 2011. Andaliman Buah Khas Batak. http://phapat.blogspot.com. Diakses tanggal 9 Oktober 2011.

Katzer, dkk. 1976. Piperitum/stimulans bungeanum/rhetsa/achontophodium and others. http//kfnigraz.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2011

Siahaan, M. 1991. Pemeriksaaan minyak atsiri dan isolasi senyawa getir dari buah andaliman. Skripsi. ITB. Bandung.

Sihotang, B. 2008. Andaliman. http://bens.co/budidayatanaman/andaliman. Diakses tanggal 5 Oktober 2011.

Simanjuntak, 2006. Perkecambahan biji Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Deskripsi dan Perkecambahan Hayati Vol10. No.1.

Sirait, J. 1991. Penggunaan Kompos dalam pengecambahan biji andaliman. Skripsi. Medan. Unika St. Thomas.

Siregar, B. L. 2002. Andaliman di Sumatera Utara, deskripsi dan perkecambahan.Skripsi. Faperta Universitas Katolik. Medan.

Tampubolon, T. 1998. Usaha – usaha mengecambahkan biji andaliman. Skripsi. Unika St.Thomas.

Tjitrosoepomo G. 1991. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Trubus Online. 2011. Andaliman. http://trubusonline.andaliman.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2011.

Warta. 2009. Potensi andaliman sebagai antioksidan dan antimikrobia alami. Warta Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tanaman Industri Volume 15 Nomor 2 Agustus 2009.

Wijaya, CH. 1999. Andaliman rempah tradisional Sumatera Utara dengan aktifitas antioksidan dan antimikroba. Bul teknol Industri Pangan 10:59-61.

Wikipedia. 2011. Andaliman. http://wikipedia.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2011.